ALWAYS LOVE YOU
Hangat pelukannya begitu nyaman kurasakan malam ini . Sudah 20 menit
kami diam membisu, menatap langit yg sangat indah bertabur bintang. Tapi
aku merasakan ada yg beda dengan pelukannya malam ini.
Dia
memelukku sangat erat, tidak seperti biasanya. Aku memandangnya namun
dia hanya tersenyum . Senyum yg tak pernah kulihat, aku merasakan ada
sesuatu yg akan terjadi dan firasatku mengatakan sesuatu yg tidak baik.
Evan melepas pelukannya kemudian menatapku dalam. Air bening dari matanya perlahan mengalir membahasahi pipinya.
“Din ...” suaranya parau kudengar .
“Van kmu kenapa , apa yg terjadi ?” tanyaku sedikit cemas .
“Maafkan aku din, sepertinya hubungan kita hanya sampai disini. Aku tak
bisa melawan perasaan yg datang padaku . Aku mencintai wanita lain”
katanya sambil menggenggam tanganku erat.
“Van kmu becanda kan sayang” kataku santai karena emang evan sering becanda.
“Enggak din , aku serius . Aku sudah tidak mencintaimu lagi, aku
mempunyai cinta lain dihatiku dan aku sangat mencintainya. Tidak lama
lagi kami akan tunangan.”
“Tapi kenapa van ...apa salahku...” kataku diiringi tangisku yg hebat .
“Aku merasa sudah bosan dengan hubungan kita, dan sekarang saat yg tepat untuk mengakhirinya” .
“Kmu benar-benar jahat van, aku benci sama kamu, 3 tahun sudah kita
lalui dan aku telah memberikan semuanya untukmu , bahkan kehormatankupun
sudah aku berikan. Kamu jahatttttt ...aku benci kamu . Jangan pernah
temui aku lagi , aku gak mau liat wajahmu lagi”
“Maafkan aku din “
Pernyataannya bagai petir menyambar tubuhku . Tubuhku bergetar hebat,
aku berlari meninggalkannya.Aku menangis tiada henti. Aku seakan tak
percaya , dihari jadi kami yg ke-3 tahun dia memutuskanku.
Sudah 3
hari aku tidak masuk sekolah. Aku hanya mengurung diri dikamar sejak
kejadian itu. Dan akhirnya sahabatku Bella datang menjengukku dan
berhasil membujukku untuk sekolah lagi.
Kriinggg ...kringgg ...
Bell tanda jam istirahatpun berbunyi, namun aku hanya duduk termenung ,
menangis, tak bisa melupakan kejadian malam itu. Bella pun
menghampiriku.
“Udah donk din, loe harus kuat, masih banyak cowok lain yg lebih baik dari dia”
“Dia jahat banget bel, aku benci dengannya, semuanya hanya manis
dibibir, ternyata semua cowok sama aja” akupun menangis dipelukan Bella.
“Tenang ya din, masih ada gue yg akan selalu nemenin loe”
“Makasih ya bel, loe emang sahabat gue yg paling baik”
“Iya donk , Bella gitu lohhh” katanya dengan dengan lebay dan gue pun tersenyum .
“Gitu donk senyum, ini baru Dinda sahabat gue” katanya lagi.
Bella pun berhasil membuat gue tersenyum untuk pertama kalinya semenjak kejadian itu.
“Ehh Din, loe tau gak semenjak loe gak masuk sekolah , Evan juga gak masuk” kata Bella.
“Udah deh Bel gak usah sebut-sebut nama dia lagi, mau dia gak datang,
mau mati kek itu bukan urusan gue lagi” kata gue sedikit kesal.
“Gak boleh ngomong gitu tau, gimanapun juga dia teman sekelas kita”
“Udah deh gak usah ngebahas dia lagi” bantah gue.
Bel pun berbunyi menandakan jam istirahat selesai dan pelajaran akan dimulai kembali.
Pak Beni guru Kimia pun masuk, tapi tidak seperti biasanya, Kepala Sekolah juga ikut masuk kelas bersama dengannya.
“Selamat Siang anak-anak” ucap Kepala Sekolah.
“Selamat siang Pak ...”sahut semua murid kecuali gue.
“Bapak ingin menyampaikan suatu berita mengharukan, teman kalian Evan
telah meninggal dunia tadi pagi karena penyakit kanker otak yg
dideritanya. Bapak harap kalian tabah menerima semua ini”
Seisi
kelas pun tak bisa menahan tangis. Gue pun ikut menangis dan tangisan
gue semakin menjadi-jadi. Hingga akhirnya gue tak sadarkan diri. Saat gw
sadar, gue udah berada dirumah. Bella menemani gue. Gue masih setengah
sadar mencoba mengingat-ingat kenapa gue bisa berada dirumah.
Akhirnya gue pun ingat dan gue kembali menangis hingga membangunkan Bella yg tidur disamping gue.
“Din loe udah sadar” kata Bella .
“Bel kenapa ini harus terjadi sama gue, gue sayang banget sama Evan,
kenapa harus secepat ini Bel” air mata tak henti-hentinya mengalir
dipipi gue.
“Udah loe yg tabah ya din, semua pasti ada hikmahnya.
Evan tadi siang udah dimakamkan dan gue hadir bersama teman-teman yg
lain melihat pemakamannya. Ini ada titipin surat dari Ibu Evan, katanya
surat ini ditulis Evan tepat sebelum dia meninggal” katanya sambil
menyerahkan surat .
Bella pun pamitan pulang karena udah malam .
Amplop dan kertas suratnya warna pink , wana kesukaan gue.
Gue pun membuka surat dari Evan .
Dear Dinda
Saat kmu baca surat ini pasti aku udah gak ada. Kini kmu pasti sudah
mengetahui segalanya. Malam itu aku memutuskanmu bukan karena ada wanita
lain, bukan karena aku benci sama kamu. Tetapi karena aku sengaja buat
kmu ngelupain dan membenci aku. Agar saat seperti ini kmu tidak akan
merasa kehilangan dan agar kmu bisa membenci aku. Saat pertama kali aku
mengetahui penyakit ini aku seperti tidak berguna lagi. Aku tidak akan
bisa membuatmu bahagia lagi. Karena dokter telah memvonis umurku tinggal
1 bulan lagi. Aku benci dengan diriku sendiri sayangku. Aku tak sanggup
lagi, malaikat telah dating menjemputku. Sekali lagi maafin aku ya, aku
akan tetap mencintaimu sampai kapanpun. Izinkan aku membawa cinta ini
sampai mati. Disini, disurga ini, aku akan meminta pada Tuhan agar
selalu menjagamu dan memberikan penggantiku yg jauh lebih baik dariku.
Always love you
Keesokan harinya aku pergi ke makam Evan. Aku membawa beberapa tangkai bunga.
“Sayang tunggu aku disana ya, aku janji akan selalu menjaga cinta kita”
Kemudian aku pergi ke taman tempat aku terakhir kali melihatnya, aku
memandang langit yg bertabur bintang. Ada 1 bintang yg terlihat sangat
terang, aku tahu itu Evan, dia pernah mengatakan kalau manusia yang
meninggal akan menjadi bintang, itulah mengapa banyak sekali bintang
dilangit. Dan sekarang aku melihatnya tersenyum dari atas sana. Aku
masih merasakan hangat pelukannya malam ini.
TAMAT